Friday, October 27, 2017

Catatan Kuliah

Siang itu terhitung terik ketika angkot kampus yang aku tumpangi menuju pulang terjebak macet di jalan tikus yg sempit.  Tepat di jalan yang agak mendaki, angkot terhenti. Selama hampir stengah jam angkot tak bergerak, tak bisa maju ataupun mundur.

Aku duduk di pojok kanan paling  belakang. Sejenak menengok jendela, memastikannya terbuka maksimum. Selang beberapa menit, para penumpang mulai menunjukkan wajah gerah dan kepanasan. Aku sendiri sudah basah dengan keringat yg mengucur sedari tadi. Berusaha kipas2 seadanya tp rupanya tak cukup membantu. Pasrah.
Tepat di depanku, seorang ibu berkhimar (hijab panjang) nampak sibuk mengipasi putrinya yang sedang tertidur pulas dalam dekapannya. Perkiraanku, umurnya baru sekitar 2 tahun. Putri kecil yang juga mengenakan hijab itu nampak nyenyak meski titik-titik keringat sudah membasahi seluruh wajahnya. Aku merekam semua kejadian itu baik2, detik per detik. Termasuk ketika Sang Ibu memutuskan untuk melepas hijab putrinya meski dengan agak kesulitan karena si anak nampak tak nyaman dengan keputusan Sang Ibu. Saat hijab putrinya lepas, tiba2 tangis si anak meledak begitu saja. Tangisan itu begitu nyaring memekakkan telinga. Dalam suasana seperti itu, untunglah penumpang yg lain sepertinya cukup memahami situasi yang ada.
Sejurus kemudian, sang ibu berusaha membujuk putrinya agar setuju melepas hijabnya sementara. Aku ingat ucapan sang ibu kala itu.
"Kaka masih kecil, Kaka belum wajib pake jilbabnya Nak...". Ibu membujuk sambil terus kipas2.
Bukannya diam, tangis si anak malah makin kencang tanda protes makin keras.
Akhirnya sang ibu mengalah dan menanggapi protes putrinya. Hijab putrinya kembali dipasang. Dan, apa yg terjadi? Seketika si anak terdiam dan melanjutkan tidurnya kembali. Seolah tak terjadi apa2. Keringatnya blm berhenti tentu. Aku. Iya, aku sendiri rasanya sudah kuyup dari tadi. Tp pemandangan yg berlangsung di depanku itu membuat aku lupa semuanya. Lupa panas, lupa macet, dan lupa bahwa hari ini tak ada progress kemajuan disertasiku. Otak aku sibuk memikirkan pesan apa yg sedang Tuhan sampaikan kepadaku. Bukankah hidup memang sudah diatur? Siapa yg bisa menebak, aku bakal seangkot dengan seorang Ibu dan putri kecilnya itu?
Dalam hati, aku bergumam berulang-ulang. Masya Allah. Kenikmatan seperti apa yg telah Allah tanamkan pada jiwa anak itu sampai sebegitunya. Hijab itu sperti sudah bagian dari jiwanya. Tempaan panas dan keringat yang menerpa lahiriahnya sama sekali bukan apa2 baginya.
Sungguh kejadian itu...hingga hari ini masih saja trus kukenang.

No comments: